Kita Kalah, Bung🇲🇨 #HutRI76

Siapa Yang Merdeka?

MERDEKA sebuah kata sakral yang menggetarkan tanah air. Tak ada untaian kata yang mampu terucap selain syukur atas kebebasan 76 tahun Indonesia. Sebuah negeri yang mampu bertahan atas seribu perbedaan. Gue sendiri sangat lah takjub dengan negeri ini, gambaran negeri yang kaya sungguh menjadi aset yang harus dipelihara.

Akan tetapi, siapa yang merdeka di tanah nan kaya ini?

 

“Para menteri yang mencuri uang rakyat?”

“DPR yang tertidur di rapat sidang?”

“Atau Para Koruptor yang bermegah-megahan di lapas?”

Mereka semua merdeka bahkan di balik jeruji.

Mereka semua merdeka walaupun tertidur saat rapat.

Mereka semua merdeka walaupun tahu sudah merampas uang rakyat.

 

Milyaran rasa hormat dan percaya kami tak dianggap. Semua berlalu lalang tanpa melihat yang bawah. Para manusia setengah dewa menggelayut di negeri kaya ini.

Ya negara kita merdeka.

Merdeka atas tidak dijajah bangsa lain. Tapi kita dijajah bangsa sendiri. Karena what you see yourself kalau gak semua orang bisa merdeka dalam kehidupannya sendiri.

Hukum negara yang hanya menjadi formalitas semata. Korupsi bukan lagi masalah perorangan, tapi kini menjadi sebuah sistem. Satu yang tertangkap, oh tenang! masih ada anggota lain yang akan terus menjalankan tanpa pernah berhenti. Toh hukuman akan didiskon oleh majelis hakim. Mati suri satu, mekarlah seribu.

 

Seolah-olah di sana isinya bukan manusia lagi, betul-betul manusia setengah dewa.

Gue suka bingung aja gitu. Rakyat lagi pada kelaparan, tapi bisa-bisanya terpintas inisiatif buat mencuri. GAK PAHAM LAGI DEH GUE. Karena gaksemua orang bisa hidup cuma dengan 600 ribu dana bansos. Eh masih kena pajak, pajak korupsi🙏🏻

Pandemi yang tengah dijalani menjadi cermin terburuk sepanjang sejarah bahwa orang2 yang benar mencintai negaranya sudah kritis. Pemerintah yang berbisnis dengan rakyatnya menjadi tamparan kasar untuk negeri ini.

Kita semua tahu kita sendang tidak baik-baik saja. Tapi bapak ibu ko rela merasa terdzolim akan putusan majelis hakim dan meminta diskon atas hukumannya. Hukuman rakyat sungguh jauh lebih parah, kehilangan pekerjaan, sulit mencari lowongan, gaji yang dipotong. Semua jadi kutukan tiba-tiba untuk rakyat.

Rakyat akan tetap kalah! Mau begimana pun urusan nya kita hanya sebatas rakyat biasa yang pasti akan kesulita melawan manusia setengah dewa.

 

Sistem yang mengakar hanya menjadi praktik yang sangat disukai penguasa. Rakyat tak mampu memegang sistem. Kita akan terus menjadi rakyat yang dimalingi pekerjaannya, hingga dicuri uangnya.

Yang pengen gue ngerti tuh apa alasannya korupsi sebegitu banyaknya, untuk apa gitu? Untuk siapa? Dan mau diapain tuh duit?

Ya, walau pungue tau gak akan ada jawaban dari pertanyaan itu. Karena susah emang jadi manusia mengerem level ketidakpuasan. Tapi sampai hilangnya semua hati nurani itu bukan jadi alasan yang tepat untuk pembelaan diri.

Hanya satu lilin tak mampu menerangi kegelapan, butuh banyak lilin yang tegar untuk menerangi gelap.

 

“Merdeka hanya untuk rakyat yang beruang.

Sedangkan hukumnya hanya mengatur rakyat miskin.”

Gue rasa dua kalimat di atas bukan hanya sebuah formalitas semata, melainkan ada di kehidupan nyata. Sampai-sampai gue terus berharap ada 1 masa untuk negara ini membalikan keadaan yang lebih baik. Walaupun gue tau itu terasa sulit.

 

-      Kita kalah, Bung -